Tuesday, November 3, 2020

PAKAI MASKER BENTUK PEDULI SESAMA



Tahun 2020 adalah tahun ujian buat kita sebagai makhluk Alloh di tanah air Indonesia. Pada akhir bulan Februari 2020 Indonesia kedatangan virus yang bernama Novel Corona Virus yang saat ini sering disebut virus COVID-19. Sejak saat itu himbauan untuk masyarakat melakukan WFH (Work From Home) untuk menghindarkan terpapar virus ini. Anak-anak sekolah juga diminta untuk belajar dirumah dengan metode daring

Menjadi hal yang sangat sulit untuk semua lapisan masyarakat karena kebosanan juga akhirnya menjadi fenomena di masyarakat. Hal ini berlangsung 3 bulan lamanya. Kemudian pemerintah mempersiapkan masyarakat menuju era new normal, hal ini dikarenakan perekonomian yang semakin terpuruk. Di era new normal ini masyarakat boleh melakukan aktivitas tetapi dihimbau untuk tetap melakukan protokol kesehatan yang benar.

Perubahan perilaku masyarakat di era new normal tidaklah mudah karena masyarakat Indonesia yang cukup banyak dengan latar belakang, pola pemikiran yang berbeda ternyata juga menjadi faktor penghambat perubahan perilaku yang diharapkan. Apalagi masih banyak pula masyarakat yang ternyata tidak percaya adanya virus COVID-19 ini dan menganggap semua ini hanyalah sebuah konspirasi dari golongan tertentu.

Perlindungan minimal dalam menangkal virus COVID-19 ini adalah dengan tertib menggunakan masker karena penyebaran virus ini melewati droplet yang keluar dari pasien yang terinfeksi dengan jarak 1 meter. Namun, masyarakat masih sangat sulit untuk patuh menggunakannya. Padahal dengan menggunakan masker kita bisa saling menjaga satu sama lain jika berinteraksi.

Menurut Doni Monardo selaku Ketua Satgas COVID-19 dalam acara Sosialisasi Startegi Perubahan Perilaku Protokol Kesehatan Pencegahan COVID-19 secara virtual, Jumat (2/10/2020) yang dilansir dalam Koran Solo Pos edisi Sabtu (3/10/2020) dengan judul Perketat Usaha Kuliner. Ia mengatakan bahwa masih ada sekitar 17 persen penduduk Indonesia yang tidak mempercayai bahwa dirinya bisa terpapar virus COVID-19 ini. 

“Angka 17 persen ini adalah suatu angka yang sangat tinggi sekali, 17 persen dari 270 juta warga negara kita itu setara sekitar 44,9 juta orang. Jadi 44,9 juta orang warga negara kita merasa tidak mungkin terpapar COVID-19, ini menjadi tantangan kita semua.  Bagaimana kita harus menjelaskan kepada masyarakat, bahwa COVID-19 ini adalah nyata, bukan rekayasa, bukan konspirasi.” Kata Doni.

Di Indonesia korban jiwa sudah mencapai 10.000 orang, untuk yang terpapar juga sudah mencapai lebih dari 280.000 orang. Sedangkan di dunia telah mencapai lebih dari 1 juta orang dan yang terpapar lebih dari 33 juta orang. Hal ini seharusnya bisa lebih diperhatikan tentang kepatuhan terhadap protokol kesehatan terutama pemakaian masker. 

Saat ini jumlah orang yang terpapar virus COVID-19 menunjukkan peningkatan setiap harinya. Sehingga membuat para tenaga medis pun semakin kewalahan. Jika masyarakat patuhi protokol kesehatan itu sudah sangat membantu beban para tenaga medis karena bisa menekan jumlah pasien yang terpapar virus ini.

Saat ini tempat-tempat umum sudah disediakan tempat untuk cuci tangan, rumah makan pun juga boleh dibuka asalkan penuhi protokol kesehatan. Hal ini sebenarnya sudah membantu tetapi perlu ditekankan lagi bagi para pengunjung rumah makan, tempat umum supaya kepatuhan para masyarakat yang datang tentang protokol kesehatan lebih ditingkatkan lagi.

Hal ini sudah menjadi kewajiban kita semua sebagai warga negara untuk saling mengingatkan dan menjaga karena virus ini adalah musuh yang tidak terlihat tetapi nyata adanya. Marilah kita sebagai warga negara yang baik lebih mematuhi pemakaian masker dan protocol kesehatan yang dihimbau oleh pemerintah. Karena semua ini adalah merupakan sebuah ikhtiar kita sebagai makhluk Alloh yang senantiasa saling menjaga.

No comments:

Post a Comment

Follow Us @soratemplates